Saur Matua
Oleh: Radja Sinaga
Saur Matua
:Y.A.H
Tubuhmu membatu disana
Terapit ibu dan adik dalam relung tergidik
Menatap bapa yang tak sempat saur matua.
Ada yang kau tahan
Tapi angin membilang
Kasihan, mata berlinang, diri menanggalkan bayang-bayang.
Kepalamu pepohonan
Rindang kenangan
Keras kau tebang.
“Kemana lagi seseorang pergi? Apa ada neraka dan surga?”
Namun bisu bertamu
Diluar, derak daun-daun bernyanyi
Mengalahkan gertak-gertak teratak
Dan kau selalu alpa
Tak ada jawaban dalam kepulangan.
Medan, 2019
Saut matua: orang tua yang sudah menikah semua anaknya.
Itak Gurgur
Kutemukan bekas punggung tangan
Yang lebih menghanyutkan darimu, kekasih
Berserat kecil dan putih.
Ada manis disana
Melebihi belaian tanganmu
Menghunjam rambutku yang memutih.
Oh, kurasakan degup panas
Bisik didihan air di belanga merongrong telinga
Biarkan mulutku membara
Mengecap itak gurgur dari tangan ibu yang telah gugur.
Medan, 2019
Itak gurgur: kue khas suku Batak yang terbuat dari tepung ditumbuk campur gula aren kelapa parut digenggam lalu dimakan mentah.
Rumah
Kenangan adalah rumah tempatku singgah yang tak kenal lelah
Dan menganggap waktu adalah sebatas gincu
Disana kunyalakan kesendirian
Namun tidak pada kebahagiaan.
Di rumah itu kutemukan hanya ada batu-batu
Menampilkan masa lalu mengenai sebuah nama dan wajah
Seorang dara dengan rambut legam hitam menjuntai sampai dada
Yang hendak kucuri dengan sengaja dan tak tahu untuk apa.
Medan, 2019
Radja Sinaga. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas HKBP Nommensen Medan. Bergiat di Komunitas Lantai Dua dan Medan Membaca. Cerpen terbarunya nangkring di Antologi Cerpen Lantai Dua Balai Bahasa Sumatera Utara.