Sehabis Hujan Ada Duka
Puisi Silverius Pantola
Baju Putih
Oleh: Silverius Pantola
Ada suara yang memanggil
Mendekam di dalam gubuk
Sambil mengalungkan baju putihnya di pundak
Melihat orang lalu-lalang
Di luar sana orang ramai mencari baju putih
Hendak memakaikannya di hari raya kamis putih
Sebagai lambang kesucian
Di malam yang suci itu
Menatap indahnya persaudaraan
Di balik merpati putih bercinta
Sambil bermain-main di atas awan
Lalu membentangkan sayapnya
Seakan para tenaga medis dan tenaga kesehatan
Berusaha menenangkan pasien terbaring kesakitan
Dengan niat suci dan tulus
Menjalankan tugas mulia
Menunjukan pada dunia
Tentang kebaikan harus tetap dijunjung tinggi
Sebagaimana baju putih bersinar
Memberi kesejukannya sendiri
Pada pribadi yang menggunakan
Kediri, 26 maret 2020
Sehabis Hujan Ada Duka
Oleh: Silverius Pantola
Sehabis hujan ada duka
Membentang luas di atas genangan
Mencuri perhatian pengendara
Demi keselamatan hidup
Di tepi jalan bocah-bocah ramai menjual koran
Yang mungkin saja mereka sendiri belum tahu isi koran itu
Entah tentang pendidikan atau tentang ekonomi
Sedang langit terus murung
Menatap perjuangan anak bangsa
Dengan harapan ada pelangi di ujung tangis
Dari dalam rumah kau menatap rintik hujan; membaca koran
Ditemani cangkir berisi anggur
Memberi komentar tentang kesejahteraan
Sementara arus banjir tak kunjung surut
Koran-koran tak laku dijual
Sehabis hujan pulang tanpa laba
Jerit semalam bersanding dengan rintik hujan
Yang terdengar hanyalah bunyi genting
Kediri, 30 maret 2020
Kau
Oleh: Silverius Pantola
Pada petang kau menepi
Lalu bersulam dalam sunyi
Sepi ku kau takluki
Dengan rindu yang kau surati
Pada malam yang kau sakralkan
Di sana harapan kau bentangkan
Di atas suratan tangan
Seluas mimpi yang kau inginkan
Terang bulan bercumbu dengan malam
Pada lorong-lorong terbungkam
Di sana rindu merebah dalam dekapan malam
Aku, kau beri pesan
Tentang rindu dan penantian
Agar kelak aku dan kau
Menjadi mimpi yang satu
Kediri, 02 Maret 2020
Penantian
Oleh: Silverius Pantola
Pohon-pohon bersusun tinggi, setinggi atap
Angin sepoi bertiup dari sela-sela tembok
Di bawah pohon aku duduk menanti mu
Tanpa kabar kau berkelana
Lahir penantiaan yang sama kau lakukan
Di atas jalan menuju tujuan
Tanpa pesan terlintas di dalam benak
Entah di mana hendak berlabu
Mengistirahatkan telapak yang kekar
Setiap merebahkan badan yang lesu
Seketika itu tuntutan terus mengejar
Mencari dataran tinggi tempat ia menanti
Dengan menghitung helai rambutnya
Sebagai ganti waktu dan jarak perpisahan
Hanya senandung musik berdenting
Lirik-lirik indah dalam sebuah lagu
Menjawab penantian yang panjang
Kediri, 27 Februari 2020
Silverius Pantola, lahir di Oelnunuh 01 05 1996. tulisan pernah terbit dalam antologi puisi bersama, juga beberapa karya tersiar di media masa. sekarang kuliah di IIK STRADA Indonesia, berdomisili di kota Kediri Jawa timur.