14 Hari Puisi Religi: Kafilah Ramadhan
Puisi Religi Abdul Aziz HM. El-Basyro
DARI HALAMAN RUMAH
Oleh: Abdul Aziz HM. El-Basyro
Dari halaman rumah, kugoreskan lukisan cinta
Pada lembar-lembar kanvas
Agar peradaban dan kejayaan tetap bernapas
Dan kesunyian dapat kuhempas
Jangan biarkan kekosongan mencekikmu, nang
Lihat, lihatlah pepohonan pun bersembahyang
Demi menjaga harmoni bumi yang gersang
Oleh kejahatan manusia yang suka membangkang
Disini dan dari sini, dari halaman rumah
Kita dirikan ruang-ruang jiwa hamparan ibadah
Membersihkan jiwa-jiwa yang kusut dan resah
Mensujudkan kesadaran yang nyaris tak berdarah
Kamar Penyair Santri Rautho, 27-04-2020
KAFILAH RAMADHAN
Oleh: Abdul Aziz HM. El-Basyro
Marhaban, selamat datang duhai Ramadhan
Kujemput dirimu digerbang pintu Sya’ban
Karena kerinduanku padamu tak tertahan
Dan tlah kusiapkan jamuan di kampung halaman
Tahun ini, kulihat dirimu berderai airmata
Orang-orang di dera ketakutan amuk Mr. corona
Kesunyian tlah meruntuhkan syiar ayat-ayat semesta
Sujud tarawih dan tadarus pun di rumah saja
Kafilahmu duhai Ramadhan tetap bagai oase di gurun sahara
Engkau membawa bejuta khabar gembira dan kilau pesona
Bagai petani di musim semi menikmati panen raya
Kebaikan, cahaya al-Qur’an dan uluran tangan membudaya
Akh, kafilah Ramadhan. Kulihat dirimu ketakutan
Takut taka ada yang menjemputmu karena area berbahaya
Tidak, sekali lagi kukatakan tidak!. Aku akan menememuimu disana
Yah, di jejak-jejak kafilah kenabian dan para pemburu mahkota-Nya
Halaman rumah Rautho, 23-04-2020
BURUNG-BURUNG BERMEDITASI
Oleh: Abdul Aziz HM. El-Basyro
Burung-burung bermigrasi
Sepanjang langit bumi ki Syakir nan sunyi
Masih dan selalu kudengar kasidah santri
“dikentongi diadzani ora teka, iku wong bakal cilaka!”
( “kentong dibunyikan dan suara adzan berkumandang
Orang-orang tetap saja berselimut tak mau sembahyang!” )
Inilah isyarat akhir zaman, zaman menuju gerbang akhir
Peristiwa demi peristiwa menjadi tanda, tak mau berpikir
Tasbih waktu letih dan lelah menderas bebatuan berdzikir
Bahkan semakin terbelenggu kekayaan semakin kikir
Jejak-jejak burung letih bermeditasi, sepanjang pagi
Melintasi langit Singajaya konfigurasikan luka negeri
Bumi Ki Syakir, 28 April 2020
ORASI SEPANJANG JALAN
Oleh: Abdul Aziz HM. El-Basyro
Jalan raya melintasi tugu perjuangan
Begitu sunyi dan bagai samudera tantangan
Mengalir deras menghempas keramaian
Burung-burung letih beradu bunyi lelah berorasi
Memutar sang waktu dari tugu manga
Masjid megah syekh Abdul Manan seolah menganga
“ dimanakah kejujuran mereka sembunyikan : manuskrip
Babad sejarah kota masih terlantar di lontar-lontar, dinding
Prasasti menyisakan luka karena tak tertulis di bebatuan
Dan benda-benda pusaka teronggok pilu di museum kota !”
Ohoy, dengarkan jiwa-jiwa bening dari arus industri
Bukankan jalan-jalan raya, gang-gang sempit dan pasar
Tradisional selalu berorasi : “ tak ada yang abadi
Selain cinta dan kepentingan penguasa negeri, kiser sunyi
Selalu didendangkan sepanjang hari, sepanjang durasi
Waktu masih memberi alamat kemenangan bagi Tirani !”
Bilik sunyi Rautho, 29-04-2020
Abdul Aziz HM. El-Basyro, Lahir di Jatibarang Indramayu. 18 November 1969 Tinggal di PP. Raudlatut Tholibien, Jln. Ir. H. Djuanda Ds. Singajaya Kec./Kab. Indramayu 45218. Gmail: abdulazizhm1969@gmail.com. FB: Kang Aziz Indramayu. Puisi Tunggal: Skesta Airmata, D. Kesenian Indramayu (2017), Dari Sragen ke Indonesia (2010), Puisi Menolak Korupsi, Solo (2013), Suluk-suluk Pesisir, Jawa Barat (2011), Cimanuk, Ketika Burung-burung kini telah Pergi , Festival Cimanuk (2016), 200 Penyair Padang Panjang: Epitaf Kota Hujan, (2018), Cincin Api, Balai Bahasa Jawa Tengah (2019). Cerpen: Lelaki Yang Tubuhnya Habis Dimakan Ikan-ikan Kecil, Festival Cimanuk (2017) dan 50 Cerpen Tani nasional, Festival Cimanuk (2018). Segara Sakti Rantau Batuah, Riau (2019), Negeri Poci 9, Pesisiran (2019), Peserta, Borobudur Writter Cultural Fastival, Yogyakarta (2019).