Kenangan yang Sakit
Puisi-Puisi Novan Leany
KENANGAN YANG SAKIT
Kau karang hikayat tentang rasa sesal yang melanda
kau ingin orang lain membaca dan jiwanya bergetar
kemudian kembali ke jalan yang benar
Di hadapan pena dan secarik kertas seperti Roberto Bolano
kau tulis kembali masa kelam
tentang dosa-dosa sonder ditebus
Serupa bulu gagak gugur di taman makam
disapu angin malam dan tersisa sehelai dzarrah
apa sebetulnya yang kau cari, ingin abadi?
Sedang epitaf tak dapat diukir dua kali
2019/2020
KAU MEMUJI PUISIKU
Kau memuji puisiku tentang geram
Tulisanmu indah, katamu, via instagram
bagai peluru beracun menembus dada
dan memuai di jantung kata
aku terhenyak kaku kau tembak
Pujianmu terus membadai di kepalaku
menyembuhkan cinta yang pernah lumpuh
hingga sepanjang waktu hatiku girang
bagai balita yang dicium rasa sayang
Tapi, apa yang sangat disayangkan
kau seperti pelangi sebelum hujan terhenti
kau masih bersuami; aku masih berpuisi
2019/2020
MENYERAH
Di pagi dan petang ingatan telah dirantai
kian hari makin menyiksa
dan waktu telah menjawab di antara kerut jidatmu
Dada terlalu lapang menelan jatuh bangun berkali-kali
dan tak kau dapati gandum untuk menyuap sehari-hari
atau santap daging sekali dalam setahun
Orang lain sibuk adu mahkota
sedang kau berbenah di ujung samudera menanam daun ara
Tuhan tak meminta kita menjadi apa-apa, katamu
Kau tersandera di padang pandan
dan belum kau temui wangi di antara lipatan leher itu
ingin kuikat leher sendiri dengan akarnya, katamu
2019/2020
SEHELAI BULU MATA
Sehelai bulu mata menyangkut di kemeja
ia meminta agar tersimpan di plastik klip
agar jadi tanda kenang dan kau
tak ingin menaruhnya di atas kepala
Wahai yang pernah menghidupkan api dalam diriku
yang membentuk genang air mata hingga jadi telaga
di atas bahu petualang yang lain
dan aku menikmati itu dari depan pintu rumahmu
Sehelai bulu mata ada di pipimu
perihal kau memandangku terakhir kali
lihat awan biru itu adalah aku
pudar terhembus udara atau keluh
atas batu nisan anakku yang tak tertulis
namamu sebagai ibunya
Sehelai bulu mata tak jatuh
ruas kita tak lagi bertemu dan basahkan dahagaku
berikan air mata itu terakhir kali
wahai yang pernah menghidupkan api dalam diriku
2019/2020
SESEORANG YANG LULUH DI KOTA MALANG
kepada VMSI
Aku ingin menemukanmu di Cemelo Lawang
kemudian kubunuh penunggang kuda itu tepat di depanmu
agar kumiliki kembali jantung yang kumau
Aku terbuang di kampung Jodipan
dan tidak kutemukan pelangi
yang sembunyi di antara keningmu
Ingin kuabadikan diri di museum Brawijaya
kemudian terpampang lukisan pria yang membunuh
penunggang kuda di gunung Bromo atau kuformalin jantungmu
agar ikut mengawet bersamaku di sana
Aku benci keramaian kota Malang
karena tak kudapati matamu di alun-alun Jami’
atau terkubur di padang savana
Tubuhku bukan tempat wisata petik apel
yang kau datangi setiap hari minggu
yang kau tinggali sesuka hatimu
Apa kau tahu apel yang kau bungkus untuk ibumu?
Jantungku termuat di sana
2019/2020
Novan Leany asal Samarinda, Kalimantan Timur. Lahir di Samarinda, 28 November 1997. Pegiat seni dan pencinta kopi. Telah menerbitkan buku pertamanya “Eufolina” pada tahun 2019. Dalam waktu terdekat sedang berproses untuk persiapan buku antologi puisi keduanya dan sekarang menetap di Yogyakarta melanjutkan pendidikan studi S2 psikologi. Dapat dihubungi di Instagram: @novanleany dan Email: m.novan1997@gmail.com