Burung-Burung Tak Lagi Terbang
Puisi-puisi Silvha Darmayani
Cinta yang Luka
Seperti air sungai yang mengalir menuju muara
aku menyaksikan perjalananmu jauh, seperti tak akan balik
kecuali menjelma titik-titik air di awan siap menghujan
Aku termenung mengumpul sepi
dari sorot matamu selain air, adalah api; siap membakar juga siap padam
kini aku berpeluh, mendidik api dan airmu. kupikirkan ia akan berkawan
rupa-rupanya bertengkar merebutkan kasih aku.
Tidak kupilih kasih, api kudidik api agar tumbuh menjelma abu
air kudidik air agar tumbuh menjelma hujan. menghayutkan abu itu
lagi-lagi pertengkaran tidak berujung, api dan air tak berebut aku
tapi cinta yang luka
Ruang hening, Januari 2021
Di balik gunung
Ada angin di balik gunung
melambai-lambai pada dahan rimbun panjang, jelmaan aku
membelai wajahmu, bersinar terang
di balik gunung kecemasan terserak di atas rerumputan
menasbihkan doa kenang menuju gap curam,
kupapah dikau menuju telaga, biar hausmu lepas saat mendeguk air jernih
di atas hijau lembut daun berselimut embun
Asmaraloka! Asmaraloka! Kau memanggil aku?
saat dahan, dedaun juga tebing bergerak; aku gugur dan kau hilang
Ruang hening, Januari 2021
Januari
Anak-anak dari desa seberang bermain gundu
ada dua belas, semuanya menang kecuali satu
menangis sedu-sedu ia, dipanggil mama pulang ke rumah
di luar orang sedang berburu nanti mati tertembak
mama punya anak suka tak dengar kata orang tua,
dibantingnya pintu, curi uang di lemari, pergi beli gundu
mama tak sanggup, diambil remot nyalakan tivi
satu dentum terdengar mama terdiam, tak berjeda tatap layar berita.
berdarah hatinya, remuk-remuk seperti kerupuk,
mama mencari pena warna merah, lalu marah-marah
dicoret-coretnya kalender, dicoret pula mukanya, “Anakku mati.”
“Siapa?” Mama punya hati bertanya. “Januari.”
Ruang hening, Januari2021
Burung-burung yang tak lagi terbang
Di langit burung-burung mengepakkan sayap
berpindah, mencari sebiji jagung juga gandum di kebun
cantik-cantik bulunya, biru, putih dan merah
terbang bersama-sama, hilir mudik sambil bernyanyi
Sore itu burung-burung terbang hening, tak berkicau
dari langit seperti air jatuh, bukan hujan, tapi air mata burung-burung
menangisi sayap-sayapnya yang patah, juga bulu-bulu cantik berguguran
sebab itu burung-burung tak lagi terbang
Ruang hening, Januari 2021
Silvha Darmayani. Lahir di Naras, 30 Juli 2001. Saat ini tengah menempuh pendidikan S1 di bidang Sastra Indonesia di Universitas Andalas.